Pak Marmuj yang mengajar di kelas satu
SD mencoba memberikan arahan, kira-kira lomba apa yang akan diikuti oleh anak. Memang
semua jenis perlombaan bisa saja dikuti, selagi itu memang untuk kegiatan yang
bermanfaat dan memberi kebaikan bagi seluruh murid-muridnya.
Kali ini Pak Marmuj benar-benar sedikit
bingung, perlombaan apa yang harus diberikan kepada anak, sambil berdiri dan
memandang 29 anak di depannya, kemudian ia berjalan beberapa langkah di kelas
melihat jendela dan akhirnya memperhatikan dua gambar presiden dan wakil
presiden di dinding.
Hem......ini bisa juga dijadikan
perlombaan dalam hati Pak Marmuj. Tetapi yang terbayang oleh Pak Marmuj justru
murid mungkin lebih tepat untuk lomba membaca teks Pancasila yang da di bawah
lambang negara Republik Indonesia yakni Burung Garuda. Ah......inikan masih
relevan dengan menyambut 17 Agustus 1945 pikir Pak Marmuj.
Sampailah pada upaya memperkenalkan Teks
Pancasila, murid karena belum bisa membaca, mereka lebih diarahkan menirukan
apa yang dibaca oleh Pak Marmuj, setelah satu, dua kali namun sebagian besar
murid belum juga dapat menghafalkan. Pak Marmuj sesungguhnya menyadari bahwa
memang murid bukan diminta menghafal karena itu bukan dari kompetensi yang
diinginkan.
Pada bagian akhir dari usaha Pak Marmuj
ia mencoba memberi kesempatan kepada semua murid.
Pak Marmuj: ayo murid-murid yang baik,
siapa yang mau maju kedepan untuk membaca Teks Pancasila?
Murid; diam......... saling berpandangan
tak ada yang menunjukkan tangan isyarat keberanian.
Pak Marmuj; kalau begitu coba kau Marke,
ayo kedepan.
Murid Marke; iya pak..... lantas iapun berdiri dan berjalan ke depan.
Pak marmuj; coba apa kamu bisa membaca
ulang teks Pancasila?
Murid Marke; diam.....belum bisa pak
guru.
Pak Marmuj; ayo....coba pelan-pelan
perhatikan, kalaupun salah tak mengapa,
Pak Marmuj mencoba menolong, membimbing dan memberi penguatan.
Ayo....anakku yang baik, coba lah.....
Akhirnya murid pun mencoba membaca Teks
Pancasila di hadapan teman-temannya.
Murid Marke; Burung Garuda
Dengan sigap murid Marke membaca kuat,
suara sedikit lantang, semua murid lain terdiam.....
Pak Marmuj; ayo semua tepuk tangan.....
Semua muridpun bertepuk tangan......
Satu; Bintang bersegi lima
Dua: Rantai Pengikat kuda
Tiga, Pohon Beringin Tua
Empat, Kerbau Bertanduk dua
Diam sejenak......Murid Marke mencoba
memahami gambar berikutnya........
Lima, Rantai Pengikat Kuda
Murid lain semua bertepuk
tangan....hore...............
Pak Marmujpun ikut tepuk
tangan...........
Pak Marmuj; e.... satu lagi
anakku......yang gambar dekat rantai......
Murid Marke; itu kapas untuk membalut
luka.....
Pak Marmuj dan seluruh murid di kelas
meriah tepuk tangan................
Dalam hati Pak Marmuj semoga ini awal
dari cara saya mengenalkan Pancasila kepada Murid-Murid.
Mengenalkan materi yang bersifat verbal
apalagi abstrak memang perlu strategi, metode dan teknik, salah satunya dengan
kontekstual. Ketika Pak Marmuj kuliah di fakultas kependidikan masih ingat
bahwa; Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi di dunia nyata siswa. Menurut
Depdiknas, metode pembelajaran ini harus mampu mendorong siswa menciptakan
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari. Depdiknas memberi batasan seperti di atas, tentu dengan
berbagai alasan bahwa memang guru harus membantu, membimbing dan mengarahkan
siswa agar matari dapat dipahami dengan sersederhana mungkin.
Apapun yang dikenal oleh anak tentu
harus disessuaikan dengan pengalaman sehari-hari mereka, karena pengetahuan itu
sendiri akan berarti bila dapat dikaitkan, dihubungkan, difungsikan dan
dimanfaatkan untuk memecahkan masalah. Dan masalah itu ada dalam kehidupan
anak.
Seperti pendapat seorang tokoh pembelajaran
Kontekstual Alaine B.Jonson, bahwa; Pembelajaran kontekstual merupakan sebuah
proses pendidikan untuk menolong para siswa/siswi melihat makna dalam pelajaran
yang mereka pelajari. Caranya ialah dengan menghubungkan subjek-subjek akademik
yang sudah dipelajari dengan konteks kehidupan sehari-hari
Melengkapi pendapat di atas, Pak Marmuj
mencoba menshersing di google ternyata benar bahwa; Tentu dengan pembelajaran
metode ini nilai manfaat yang dapat diperoleh dari keduabelah pihak, baik siswa
maupun guru akan dapat dirasakan. Sebagian dari nilai manfaat tersebut adalah;
- Meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
berpikir secara kritis, logis, dan sistematis.
- Pemahaman yang diperoleh peserta didik bisa
bertahan lebih lama karena memahami dengan menerapkan.
- Peserta didik bisa lebih peka terhadap lingkungan
sekitar.
- Meningkatkan kreativitas peserta didik berkaitan
dengan permasalahan yang ada di sekitar yang disesuaikan dengan keilmuan
yang didapatkan.
Pak Marmuj; oh... ia sambil mengangguk
angguk..........
Murid; hore.................meriah.......pak.........
Pak Marmujpun baru sadar banyak suara
ramai, ternyata murid-murid sudah bersorak karena bel jam keluar istirahat
sudah berbunyi.
Sungguh pengalaman Pak Marmuj ditengah
situasi yang sulit, ia tetap dapat mengatasi bila bukan hanya duduk diam,
tetapi berdiri memandang dan kemudian berjalan lahirlah apa yang disebut
inspirasi.
Hem....memanglah Pak Marmuj....Pak
Marmuj.
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil
dari cerita ini adalah:
Pertama; pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan lingkungan untuk mendapatkan pengetahuan, dan
keterampilan baru dalam membentuk sikap dan kepribadian.
Kedua; menggunakan konteks lingkungan
sebagai bagian dari pengenalan untuk menambah pengetahuan itu adalah penting,
karena lingkungan anak menjadi latar belakang utama dalam mengembangkan
pembelajaran.
Ketiga; apapun materi pembelajaran harus
selalu disesuaikan dengan lingkungan anak, sehingga kapanpun materi tersebut
diberikan akan dapat dipergunakan sebagai bagian dari pengembangkan sikap dan kepribadiannya.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi
mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari
berbagai sumber.
#Bersamamembangunnegerilewatpendidikankitabersinergi