Kisah 7: Pak Marmuj dan Surat kepada Yang Terhormat Tuhan Yang Maha Esa - Mutiara Institut

Breaking

Kisah 7: Pak Marmuj dan Surat kepada Yang Terhormat Tuhan Yang Maha Esa

Kisah 7: Pak Marmuj dan Surat kepada Yang Terhormat Tuhan Yang Maha Esa

 

Adalah Pak Marmuj yang tinggal di pinggir kota, kehidupan sederhana mencukupkan gaji dari mengajar di sekolah, sebagian tabungan hanya cukup untuk mencicil angsuran kendaraan.

Pada waktu tertentu Pak Marmuj memang sedikit berkecukupan, tapi kadang ada pula hidup pas-pasan, bahkan satu ketika Pak Marmuj pernah khawatir apakah esok hari masih ada yang mau dimakan. Sehingga pada malam itu Pak Marmuj pun duduk sendiri di depan meja dimana ia selalu menyelesaikan pemeriksaan dan penilaian beberapa tugas untuk murid-muridnya.

Pak Marmuj memulai:

“Adek”, begitulah panggilan mesra Pak Marmuj kepada istri tercinta.

Pak Marmuj:

Ambilkan dulu amplop dan kertas folio.  

Istrinya pun memberikan dua amplop air mail dan kertas kepada Pak Marmuj.

Pak Marmujpun menulis surat menuangkan apa yang sedang dirasakan, menuliskan apa yang ingin diharapkan, sedikit menerawang apa yang ia inginkan dan harapkan esok hari semoga terjadi.

Pak Marmuj memegang mata pena dan dengan pasra ia tuliskan:

Kepada Yang terhormat Tuhan Yang Maha Esa.

Pertama saya tetap bersyukur dari apa yang telah engkau berikan kepada kami bersama istri dan keluarga di rumah ini.

Kedua memang kami malam ini telah makan minum dan akan segera tidur,

Namun untuk besok siang saya dan istri menghadap untuk menyampaikan tidak tahu apa yang akan kami hadapi.

Berkenan kiranya kau berikan kepada ku dan keluargaku apa yang bisa kami masak dan kami santap untuk melanjutkan ibadahku, dan pengabdianku sebagai kepala keluarga.

Terima kasih Tuhan.

Hambamu,.

Marmuj Guru di Pinggir Kota

 

Setelah surat dimasukkan amplop, kini giliran menuliskan sipengirim dengan jelas Pak Marmuj: Marmuj guru tinggal dipinggir kota.

Namun untuk menuliskan kepada siapa, Pak Marmujpun mulai bimbang, sedikit bingung. Tetapi ada terlintas dipikirannya akhirnya sama seperti di dalam surat ia tulis:

Kepada Yth Terhormat Tuhan Yang Maha Esa

Di Tempat.

Dua surat dengan kemasan amplop air mail yang persis sama pesannya, dibawa pak Marmuj sekaligus menuju kota tempat ia bekerja sebagai guru. Melewat masjid ia terpikir sejenak apa surat ini saya letakkan di sini, tetapi yang ada adalah kota amal, kotak infak. Pak Marmuj meneruskan perjalanan, di sudut jalan tampak ada kota surat, inilah yang tempat yang paling tepat untuk memasukkan surat dan dua surat pun masuk ke kotak surat.

Pak Marmujpun meneruskan dan sebagaimana hari-harinya ia mengajar ditempat sekolah, berharap surat sampai ke tujuan dan dibalas sebelum ia pulang.

Sampailah surat Pak Marmuj di kantor Pos Kota (tempat kilometer nol sebuah kota). Memang Kantor Pos terkesan bangunan tua karena memang sejarah pos adalah biasanya lebih tua atau paling tidak sama dengan usia kota. Mungkin tidak setua Kantor pos Sanquhar yang mulai beroperasi tahun 1712 dan diakui oleh Guinness Book of Records sebagai kantor pos tertua di dunia "Kantor Pos Tertua di Dunia, 300 Tahun Lalu Surat Dimasukkan Jendela dan Diantar dengan Kuda". Kota dimana Pak Marmuj tinggal mungkin usianya sekitar duaratas tahunlah.

Apa yang terjadi di kantor pos kota, setelah dikodifikasi, sebagian surat di antar ke kota lain, ke provinsi lain, ke negara lain. Tetapi ada satu surat yang membuat petugas Kantor Pos sejenak membaca dan terdiam, ia bingung surat ini mau ditujukan kemana kedalam negeri atau luar negeri atau kemana? Keadaan itu dilihat oleh atasan petugas Pos.

Atasan petugas Pos:

Ada apa pak seperti bingung, apa ada masalah?

Petugas Pos:

Ini pak surat dari Pak Marmuj Alamat tujuan saya bingung kemana kita kelompokkan,

Oh. Kepada siapa:

Kepada Yang Terhormat Tuhan Yang Maha Esa.

Atasan petugas Pos mendekat, dan terjadi diskusi kecil.

Keputusannya: maka surat dkelompokkan atau ditujukan ke Kementerian Agama Republik Indonesia.

Sampailah ke satpam Kantor Kementerian Agama dan akhrinya satpam pun bingung tidak dapat menerima surat ini, dibaca alamat pengirim adalah Pak Marmuj seorang guru di pinggir Kota, Pak Satpam memberi arahan agar surat di antar ke fakultas keguruan di Universitas Islam Negeri.

Pak Pos yang kerja tayang pun terburu membawa kedua surat ke UIN, sampailah di UIN pak Satpam menerima surat tetapi tinggal satu,

Satu surat dimaksud terletak di UIN Satpam Biro Rektorat, apa yang terjadi siapa saja yang membaca dan menjadi bingung ini ada surat kepada Yang Terhormat Tuhan Yang Maha Esa. Kemana akan ditujukan ada satu satpam mencoba membaca pengirim terbacalah Pak Marmuj guru tinggal di pinggir kota. Terpikir karena guru, maka surat diteruskan ke Fakultas Tarbiyah (Kependidikan).

Sampai di ruang dosen, terletak surat tetapi tidak ada yang berani membuka. Para dosen kebingungan, karena siapa yang membuka berarti dialah Tuhan Yang Maha Esa pikir beberapa dosen. 

Sebagian dosen membahas siapa itu Pak Marmuj, setelah ditelusuri ia adalah alumni dari fakultas Tarbiyah, benar ia adalah guru, tetapi mengapa seorang guru sampai tidak mempunyai tabungan atau makan, maka ini harus ditelusuri, diteliti, dibahas dan diselesaikan secara ilmiah, dalam bentuk seminar.

 

Satu surat sampai di kampus UIN, satu surat ditelusuri ternyata terjatuh di simpang jalan karena pak Pos terburu melewat beberapa tingkungan. Terlihat oleh seorang penarik beca dayung, kemudian dibaca dan apa yang terjadi.

Dengan tangan gemetar penarik beca memegang surat dan membaca perlahan Kepada Yang Terhormat Tuhan Yang Maha Esa, ia justru takut, ini surat atau apa mengapa mesti sampai ke tangan saya, jam 11, pagi itu penarik beca mengantarkan surat ke pos polisi yang kebetulan dekat dengan simpang.

Sampai di Pos Polisi surat dibaca oleh Pak Polisi, langsung dibuka dan dibaca yang isinya dapat dimengerti.

Pak Polisi meneteskan air mata, tetapi tetap memegang amplop surat, keadaan ini dilihat oleh Komandan lantas bertanya, ada apa mengapa surat membuat kau menangis.

Pak Polisi memberikan surat dan amplop sekalian.

Pak Komanandan pun membaca justru terisyak-isyak tetapi sebagai komandan ia langsung mengambil tindakan,

Ini uang Rp.50.000, segera beli beras, tiga orang anggota polisi menyumbang hal yang sama Rp.20.000 jadilah Rp.110.000,

Pak penarik beca kebingunan, melihat kedua polisi membaca surat dan mengeluarkan uang, ditengah keadaan ini ia dipanggil oleh polisi,

Beli beras sekarang antarkan langsugn ke rumah Pak Marmuj Alamat pengirim surat ini.

Seperti tidak terjadi hal yang lain,

Penarik beca mengantarkan dua karung beras.

Sampailah di pinggir kota kediaman pak Marmuj

Tepat pukul 12 siang menjelang azan djuhur terdengar suara dari luar.

Assalamu`alaikum, apa ini rumah pak Marmuj guru di pinggir kota.

Ia jawab istri Pak Marmuj.

Ini ada kiriman beras dua karung.

Alhamduilllah ya Allah engkau telah menjawab surat kami.

Terima kasih.

Penarik beca tambah bingung. Apa memang disini awal mula surat Kepada Yang Terhormat Tuhan Yang Maha Esa.

Usai shalat berjamaah zuhur, pak Marmuj pun pulang dan menemui istrinya.

Kejadian di atas disampaikan dan merekapun dapat makan seperti biasa.

Dalam hati kecil istrinya berkata; mengapa tadi malam hanya dua amplop ya, kalau lima atau sepuluh kan lain ceritanya.

Beberapa pekan setelah kejadian ini, Pak Marmuj membaca dalam satu berita, bahwa fakultas tarbiyah sedang merencanakan seminar tentang kesejahteraan guru, tepat menjelang hari pendidikan 2 mei, itupun masih direncanakan.

Demikian Pak Marmuj kini tetap semangat mengajar walaupun tinggal di pinggir kota.  

 

Tiga hal yang dapat kita ambil hikmah dari cerita ini:

Pertama, hidup ini memang tidak selamanya seperti yang kita harapkan, bila terjadi fluktuasi, atau gelombang kehidupan, maka jangan sekali-kali putus asa, badai pasti berlalu.

Kedua, menyampaikan masalah bukan kepada orang lain, apalagi ke khalayak umum dimedos, tetapi sampaikanlah kepada yang maha pencipta, Tuhan ada disetiap kita membutuhkan, dengan cara yang tidak disangka ia akan menjawab apa yang kita minta, maka kesabaran, ikhtiar dan doa adalah kunci utama.

Ketiga, banyak cara orang menyelesaikan masalah, lewat tindakan langsung, lewat seminar, lewat menyampaikan pesan, semua telah menjadi bagian dari cara kita berkonstribusi dalam mengatasi masalah.

Ketujuh kita setuju berkolaborasi mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.

Catatan; kisah ini diinspirasi dari berbagai sumber. 


#Bersamamembangunnegerilewatpendidikankitabersinergi


Disclaimer: Images, articles or videos that exist on the web sometimes come from various sources of other media. Copyright is fully owned by the source. If there is a problem with this matter, you can contact