Jangan sekali-kali kita bicara tentang
pensiun, Pak Marmuj seakan marah, apalagi pindah profesi, lebih parah bila
dikaitkan pendapatan atau gaji yang dibanding-bandingkan dengan lainnya. Itulah
kehidupan Pak Marmuj yang sangat mencintai guru sebagai pilihan pekerjaan atau
profesi.
Pada satu hari semangat Pak Marmuj masuk
kelas baru, menjadikan ia ingin menyampaikan banyak hal. Pengalaman yang selama
ini didapatkan, ingin segera disampaikan, dan akrab dengan semua anak. Memang
kadang kelas baru memberi semangat baru, inspirasi baru, bukan karena ada
anak-anak yang baru dikenal, tetapi naluri seorang guru ingin rasanya
menumpahkan seluruh ilmunya.
Inilah hari dimana Pak Marmuj masuk
kelas baru, sebuah kisah yang ia sendiri kadang sadar, tetapi justru kadang
selalu terulang.
Hari pertama di kelas baru Pak Marmuj
menjelaskan tujuan pembelajaran dengan sangat sistematis.
Anak-anak tampak semangat tetapi
sebagian ada duduk gelisa, persisnya anak yang duduk di depan.
Hari kedua mengajar di kelas yang sama
Pak Marmuj semakin semangat menjelaskan,
Anak-anak sebagian duduk di depan,
tetapi sebagian yang lain justru duduk di tengah dan di belakang.
Hari ketiga di kelas itu juga, Pak
Marmuj semakin menambah volume suara, diiringi semangat untuk menyampaikan
pelajaran.
Anak- anak justru semua duduk di tengah
dan di belakang.
Keadaan tempat duduk anak yang
berpindah-pindah mengundang kecurigaan Pak Marmuj.
Ada apa gerangan......
Sebelum masuk hari keempat Pak Marmuj
pun mengalami kebingunan yang luar biasa, ingin bertanya pada anak-anak tentulah
ia malu, karena ia baru saja mengajar di kelas baru tersebut. Tidak bertanya
justru samakin penasaran, mengapa anak-anak duduk bergeser ke belakang.
Ketika istirahat, Pak Marmuj duduk di
ruang guru dekat dengan guru yang lebih senior (Pak Gusen), sambil ngobrol
ringan. Pak Marmuj mencoba membuka cerita tentang anak-anak yang duduknya
pindah ke belakang.
Pak Marmuj : Pak Gusen masih sehat
Pak Gusen : Sehat, kalau masih bisa ngajar, masih sehat, kita kan guru.
Pak Marmuj : Pak pernah mengalami murid pindah-pindah duduk di kelas
Pak Gusen : wah... selalu, kadang mereka pindah karena keinginannya
sendiri, kadang memang saya yang memindahkan.
Pak Marmuj : #()^%mqkwuenyq pqkq_(*(*^
:
Maksudnya bagaimana pak Gusen
Pak Gusen : Ya ia, kadang siswa pindah tempat duduk, itu wajar, kan
setiap belajar harus mendapatkan suasana baru, mungkin saja setelah 25 menit
duduk ia ingin pindah tempat duduk, selagi itu tidak menganggu pembelajaran
boleh saja.
Kadang
juga memang kita menggunakan satu strategi pembelajaran agar anak-anak duduk pindah
dari satu tempat ketempat lain, kan lebih semangat mereka ada teman baru, atau
diskusi kelompok.
Pak Marmuj : iya.... ya..... (mulai mikir).
Pak Gusen : ha.hahahahhahahhahahha.
Saya pasti tahu masalahnya.....
Pak Marmuj banyak bicarakan di depan
kelas, atau di depan anak anak.
Pak Marmuj : Tepat pak. ....... kalau saja jelaskan mereka malah bingung, malah
duduk di belakang, padahal suara saya kuat. Ada apa ya Pak Gusen.
Pak Gusen : (sambil berbisik)
Itu
karena Pak Marmuj kalau menjelaskan sambil terjadi gerimis kecil. Makanya
anak-anak tak mau duduk di depan. Pasti itu.
Pak Marmuj : hem.... mungkin juga.... e salah. Ya pasti mungkin.... e.....
ya pasti benar ini jawabatannya.
Pak Gusen : Sudah... ini sebentar lagi kita masuk kelas jam keempat, ayo
siap-siap
Seperti baru sadar Pak Marmujpun tersipu
malu.
Keesokan harinya, ia melihat anak-anak
duduk rapi tetapi tidak ada yang di depan.
Ia mencoba mendekati mereka dengan
bicara sedikit terbata, tetapi rapi dan tidak lagi ada hujan gerimis.
Hari kelima anak-anak kembali seperti
semua, Pak Marmuj pun mulai merubah strategi pembelajaran bukan mengandalkan
suara lewat bicara, tetapi lebih kepada memberi kesempatan pada mereka. Kadang
justru memberi contoh langsung atau praktik di lapangan. Sungguh pengalaman
mengajar dengan semangat tidak menjadi jaminan sukses untuk mencapai satu tujuan,
ternyata tergantung situasi, dan kita harus menyadari itu.
Hari-hari berikutnya pembelajaran
dikembangkan oleh Pak Marmuj semakin efektif, ia selalu mengupdate berbagai
strategi yang efektif. Bila materi bersifat fakta ia cukup memberi tugas untuk
dibaca, bila itu fenomena ia menyuruh anak menyelidiki dengan tugas di rumah
kemudian mendiskusikannya. Dan apabila materi itu bersifat nomratif, justru
anak diajak merenung dan melakukannya. Akhirnya Pak Marmuj menyimpulkan
pembelajaran yang paling efektif adalah dengan sedikit bicara, bahkan memberi
tauladan kepada siapa saja yang ada di depan kita justru itu yang utama.
Sekian
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil
dari cerita ini adalah:
Pertama; suara bagi seorang guru adalah
senjata utama untuk menyampaikan pesan, dengan suara kita dapat memanipulasi
agar pesan pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik.
Kedua; banyak cara atau strategi untuk
mencapaikan suatu hal, pilihan kita secara bijaksana akan memberi efektifitas
tercapainya tujuan pembelajaran. Justru dalam pendidikan bicara atau lisan
adalah pilihan terakhir untuk sekedar memberi penguatan.
Ketiga; pembelajaran yang efektif adalah
dengan mencontohkan, memberi pilihan untuk bahan pemikiran (diskusi), dan pada
bagian akhir guru cukup sedikit berbicara hanya untuk memberi penegasan.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi
mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.
#Bersamamembangunnegerilewatpendidikankitabersinergi