Dari sejak pagi Pak Marmuj menyampaikan pelajaran bersifat teaching center, sedikit bosan, dengan melihat gelagat siswa yang mulai tidak konsentrasi, maka ia mencoba mengganti strategi. Namun dalam pikiran Pak Marmuj tetap gundah, memberi tugas sudah, diskusi sudah, tanya jawab sudah, apa lagi yang mau dikembangkan dalam pembelajaran. Memang Pak Marmuj menyadari bahwa ketika ia mengikuti pelatihan tentang kurikulum baru, pembelajaran harus lebih diarahkan pada learning center, agar perkembangan siswa lebih optimal.
Seperti biasa, kali ini tampak serius
Pak Marmuj menemukan satu situs bagaimana cara mengelompokkan siswa di http://repository.uinsu.ac.id/id/eprint/1152
buku Teknik Pengelompokan Siswa. Ternyata 47 cara mengelompokkan siswa dengan
varian dari dua kelompok sampai dua belas kelompok bahkan kelompok tak
terbatas. Seperti tak sabar Pak Marmuj membaca beberapa halaman, dan menemukan
cara membagi kelompok yang paling simpel dan menarik, bisa dilakukan di mana
saja, di dalam kelas bahkan di luar kelas sekalipun.
Pada pelajaran yang kedua Pak Marmuj
mencoba mengelompokkan siswa ke dalam tiga kelompok dengan cara semua siswa
menyebutkan angka dari satu, dua dan tiga secara bergililran. Kemudian setiap
siswa yang menyebut angka satu sesama mereka bergabung menjadi kelompok, satu,
begitu juga angka dua menjadi kelompok dua, dan angka tiga menjadi kelompok
tiga. Setelah semua siswa mengerjakan tugas sesuai perintah, Pak Marmuj pun
ingin mencoba cara pengelompokan berikutnya.
Hasil belajar dengan cara bekelompok,
memang berbeda, walaupun tidak tampak signifikan, namun proses yang dialami
siswa lebih progresif. Siswa lebih aktif, sementara peran guru tinggal memberi
afirmasi dan konfirmasi dalam hal penegasan kesimpulan.
Pada pelajaran ketiga Pak Marmuj meminta
seluruh siswa berdiri membuat formasi tiga kelompok, caranya adalah dengan mengelompokkan
diri berdasarkan anak sulung, anak tengah dan anak bungsu.
Semua siswapun mengelompok sebagian
mengelompok di sudut kanan, mereka adalah anak sulung, sementara lebih banyak
adalah anak tengah mereka lebih banyak mengelompok di tengah kelas. Beberapa
anak lain mengelompok di sudut kiri mereka adalah anak bungsu.
Setelah terbagi kepada tiga kelompok,
maka tugas pelajaran untuk didiskusikanpun segera dimulai. Namun didekat
jendela ada satu siswi Mariani yang diam, tidak tergabung pada tiga kelompok
lainnya.
Pak Marmuj; anakku Mariani mengapa
engkau tidak tergabung dalam tiga kelompok yang lain, ayo nak segera.
Mariani tetap diam.
Pak Marmuj; medekati Mariani sambil
memegang bahu; ada apa nak apa kurang jelas, kamu ini anak sulung, anak tengah
atau anak bungsu?
Mariani; sambil meneteskan air mata ia
membisik ke Pak Marmuj, Pak saya anak angkat.
Pak Marmuj, sambil menahan tawa, tetapi
ia tetap tegas, menjadikan anak ini menjadi pengamat di tiga kelompok.
Pak Marmuj; ya sudah dalam tiga kelompok
ini kita perlu seorang pengamat, untuk ini kita minta siswi Mariani menjadi
pengamat jalannya diskusi kelompok.
Mariani; ya pak siap.
Memang pembagian kelompok itu penting
namun cara membagi harus dengan kondisi peserta didik.
Belajar bersama, belajar berkelompok,
belajar dengant im adalah contoh bagaimana beraktualisasi diri, bagaimana orang
membutuhkan orang lain. Hidup adalah bersama dengan bersama orang akan lebih
bermakna. Belajar sendiri itu yang terbaik, tetapi belajar bersama itu lebih
baik.
Pendidik bisa saja membagi kelompok
berdasarkan situasi anak, tetapi yang utama adalah melihat tujuan pembagian
apakah terkait dengan tujuan pembelajaran.
Setelah diskusi kelompok usai, Pak
Marmuj meminta semua kelompok secara bergantian menyampaikan hasil karya kelompoknya.
Diakhir diskusi Pak Marmuj pun memberi
penegasan beberapa hal terkait dengan materi dan kesimpulan. Namun ada yang
mencengangkan siswa lainnya.
Pak Marmuj; anak-anakku sekalian
sesungguhnya Mariani ini asalnya adalah anak angkat, kemudian dia saya jadikan
anak pengamat, dan kini saya terima menjadi anak atau asisten guru di kelas.
Semua anak bingung, bengong, dan
akhirnya bungkam, tak tahu apa yang sebenarnya Pak Marmuj maksudkan.....
Oalah......Pak Marmuj, Pak
Marmuj....memanglah.
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil
dari cerita ini adalah:
Pertama; belajar sendiri itu baik,
tetapi belajar bersama itu lebih baik, karena mengerti dan memahami satu
masalah diperlukan berbagai sudut pandang berbeda untuk mendapatkan kebaikan.
Kedua; belajar dengan kelompok adalah
salah satu jalan bagaimana mengembangkan kemampuan bersosial, berbagai cara
mengelompokkan siswa adalah pilihan, namun harus diperhatikan dengan tidak
meninggalkan etika, bahkan keadaan yang sedang dialami.
Ketiga; manusia itu akan mengenal
dirinya ketika ia mengetahui orang lain, dan ia akan sadar bahwa yang terbaik
dalam hidup ini adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi
mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari
berbagai sumber.
#Bersamamembangunnegerilewatpendidikankitabersinergi