Seorang guru junior Pak Marsa mendekati
Pak Marmuj, tentu ada maksud seperti biasalah, namanya juga sesama guru.
Pak Marsa; assalamu`alaikum Pak Marmuj,
bagaimana pak sehat.
Pak Marmuj; wa`alaikumsalam
warohmatullahiwabarokatuh, sehat, amin, semoga kita semua sehat, hai apa kabar
pak Marsa?
Pak Marsa; sehat juga pak, tak terasa
sepertinya saya sudah mengajar di sekolah ini hampir dua tahun. Pak ini ada
yang saya mau minta ajari bagaimana pidato untuk persiapan 17 Agustus nanti
pak.
Pak Marmuj; wah.... pidato itu seperti
kita mengajar saja, yang penting tahu kapan saat mulai bicara, dan tahu apa
yang dibicarakan, dan tahu kapan saatnya menyelesaikan pembicaraan.
Pak Marsa; ya pak, tetapi saya kadang
masih bingung untuk memulai pembukaan atau muqaddimah, setelah memberi salam,
penghormatan, kemudian mengucapkan syukur. Lalu yang saya masih bingung
banyaknya pilihan tentang identitas nabi Muhammad saw.
Pak Marmuj; mengapa mesti bingung;
Pak Marsa; ini lah Pak Marmuj, tentang
mengucapkan itu pak untuk memulai pidato, pembukaan itu kan penting, jadi apa
yang harus saya sampaikan mengawali pembicaraan itu pak.
Pak Marmuj; Pembukaan itu memang
penting, masih ingatkan slogan iklan pengharum lelaki; Kesan Pertama Begitu
Menggoda Selanjutnya Terserah Anda.
Pak Marsa; ingatlah pak, tapi apa
hubungannya dengan pidato pak.
Pak Marmuj; begini, ada beberapa tipe
orang memulai pidato, itu tergantung pada profesi yang pidato, tetapi menurut
saya lebih dipertimbangkan kepada siapa yang akan mendengarkan pidato kita.
Pak Marsa; iya pak, contohnya pak.
Pak Marmuj; beberapa dontoh pembukaan seperti
ini;
Pertama; Kita bersyukur kepada nabi yang
telah membawa umat dari alam kegelapan ke alam yang penuh dengan terang
benderang.
Berarti dia itu kerja di Perusahaan
Listrik Negara, atau sedang pidato ditengah-tengah pekerja PLN.
Kedua; Kita bersyukur kepada nabi yang
telah membawa umat dari alam kebodohan ke alam penuh dengan ilmu pengetahuan.
Berarti dia itu bekerja sebagai
pendidik, dosen atau guru besar. Atau juga dia sedang bicara dihadapan murid,
siswa, mahasiswa atau guru.
Ketiga; Bersyukurlah kepada nabi yang
telah membawa kita dari alam jahiliah ke alam yang penuh dengan peradaban.
Berarti dia itu bekerja sebagai judu
dakwah, atau di sedang mengajari orang lain berpidato jadi da`i cilik, baru
belajarlah....
Keempat; Bersyukurlah kepada nabi seorang
tokoh yang tidak pernah menokoh, seorang pedagang yang jujur tak pernah menipu.
Berarti dia jelas seorang pedagang, atau
sedang ceramah dikalangan para pedagang, atau pencerahan bagi petugas partai.
Pak Marsa; oh........gitu ya pak.
Pak Marmuj; Ingatlah kita boleh saja
menyematkan berbagai identitas pada nabi, tetapi yang penting bagaimana kita
menjadikan Dia tauladan dalam kehidupan.
Pak Marsa; terimakasih pak, terima kasih
pak, akan saya terapkan nasihat bapak semua.
Tepat tanggal 17 Agustus 2024, Pak Marsa
sudah siap dengan pidatonya, sementara Pak Marmuj seperti biasa ikut baris
dengan guru. Setelah mengikuti semua rangkaian upacara, Pak Marsa mendekati Pak
Marmuj mempertanyakan perihal pidatonya tadi.
Pak Marmuj mendekat dan menyampaikan hal
penting kepada Pak Marsa.
Pak Marmuj; Satu ketika Daud Yusuf (menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI tahun 1978 sd 1982), beliau enggan dan kadang tidak
mau memberi salam kepada hadirin. Sebagian orang selalu bertanya-tanya mengapa demikian
padahal Daud Yusuf berdarah Aceh sarat dengan panatik agama. Sampai saatnya hal
itu didengar oleh tokoh masyarakat Aceh yakni; Prof.Hasyimi, apa kata beliau; Mengapa
pak Daud Yusuf tidak mau memberi salam?. Jawaban Daud Yusuf sangat bijaksana, Untuk
apalah saya melakukan sesuatu yang hukumnya hanya sunat, sementara
mengakibatkan orang tidak melakukan hal yang wajib. Saya tidak mau berdosa
dalam hal ini. Bukankah memberi salam yang hukumnya hanya sunat, tetapi
mengakibatkan orang tidak menjawab salam padahal hukumnya wajib.
Pak Marsa; ohhhhhhh.... iya iya.....
Pak Marmuj; jelaskan, kita memberi salam
atau pidato itu lihat situasinya, bukan semangat atau tentang apa yang akan
kita lakukan. Intinya kita mendo`akan semua orang yang ada dihadapan kita semoga
mendapat kebaikan, dan keberhakan. Amin.
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil
dari cerita ini adalah:
Pertama; pidato adalah menyampaikan
sesuatu dengan sadar kapan ia harus menyampaikan, tahu apa yang harus
disampaikan, dan segera mengerti saat kapan harus berhenti menyampaikan.
Kedua; mengerti dan memahami situasi
audien, atau kepada siapa akan disampaikan pidato, adalah pertimbangan penting
baru yang lain.
Ketiga; mulailah pidato dengan memberi
kesan kebaikan, bukan menakutkan apalagi menakut-nakuti bila tidak mendengarkan
pidato kita.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi
mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari
berbagai sumber.
#Bersamamembangunnegerilewatpendidikankitabersinergi