Menjelang awal tahun ajaran, sekolah
dimana Pak Marmuj bertugas akan melaksanakan pergantian kepala sekolah, dimana
kepala sekolah yang selama ini bertugas akan memeasuki usia pensiun.
Kasak-kusuk ingin jadi kepala sekolah pun menjadi isu, gosip dan bahan cerita
di kantin, di kelas, juga di ruang guru.
Beberapa rekan guru mencoba mendekati
Pak Marmuj agar mengajukan diri menjadi kepala sekolah, tetapi Pak Marmuj tak
bergeming, ia tetap ingin menjadi guru kelas, karena dengan itu ia dapat
mengabdikan diri sepenuhnya untuk mengajar anak.
Satu ketika Pak Maram mendekati Pak
Marmuj, diam-diam ternyata dia yang baru saja beberapa tahun menjadi guru
mencoba mencari kesempatan untuk menjadi kepala sekolah.
Pak Maram: Assalamu`alaikum Pak Marmuj.
Pak Marmuj: Wa`alaikumsalam, oh apa
kabar pak Maram.
Pak Maram; ini pak saya datang kesini
ingin minta pendapat bapak, saya pingin sekali menjadi kepala sekolah.
Pak Marmuj: sudah mengajar saja,
Pak Maram: pak....
Pak Marmuj: sudah pulang.....
Sampai sepekan kemudian suasana sekolah
semakin hangat. Karena kabar kepala sekolah akan pensiun menjadi semakin nyata,
dan kemudian seperti biasanya Pak Marampun mencoba lagi.
Pak Maram: assalamu`alaikum Pak Marmuj.
Pak Marmuj: Wa`alaikumsalam, oh bagaimana
kabar pak Maram.
Pak Maram: ini pak saya sekali lagi
ingin minta pendapat bapak, saya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk jadi
kepala sekolah, tolong saya pak.
Pak Marmuj; sudah mengajar saja,
Pak Maram; pak.... ini serius.
Pak Marmuj; sudah pulang......
Pada kesempatan berikutnya Pak Maram
benar-benar ingin membuat perhitungan dengan Pak Marmuj, setuju atau tidak
setuju ia akan mendaftar menjadi kepala sekolah. Untuk terakhir kalinya ia
mendatangi ruang pak Marmuj:
Pak Maram: Assalamu`alaikum Pak Marmuj.
Pak Marmuj: Wa`alaikumsalam ia pak
Maram.
Pak Maram: pak mohon saya kali ini
serius bahkan tigarius, saya ingin menjadi kepala sekolah ini kesempatan pak
jangan sampai kepala sekolah diimpor dari sekolah lain, kan kita bisa juga pak.
Mohonlah pak.
Pak Marmuj; oh...ini tigarius ya....saya
pikir ini sagitarius... hehehehe.
Pak Maram; ia pak.....mohon restu ya
pak.
Pak Marmuj; dah pulang......
Pak Maram; #$^%(*^%%$$((*(_)&&(^%^$*%#*
Pak Marampun pulang, ketika memberi
salam keluar ruangan Pak Marmuj pun membukakan pintu, dan kemudian memberi
salam kepada Pak Maram;
Pak Marmuj membisikan sesuatu:
Begini Pak Maram, Hanya ada tiga
golongan orang yang pantas jadi kepala sekolah; pertama, adalah orang yang
memang memiliki pengalaman pernah menjadi wakil kepala sekolah, karena dengan
pengalaman tersebut ia nantinya akan dapat menghadapi berbagai masalah.
Kedua orang yang berpendidikan tinggi
karena dengan ilmunya ia dapat mengembangkan berbagai inovasi tentang
pendidikan dan pembelajaran, dan ketiga orang gila penuh ambisi. Ya.... memang
dia gila ingin jadi kepala sekolah.
Setelah keluar dari ruangan maka Pak
Marampun diam.
Melintasi ruang guru, bahkan sampai
keluar halaman sekolah sampai di rumah Pak Maram diam seribu bahasa.......
Yang ada dalam hati pak Maram; untuk
jadi kepala sekolah aku sudah punya yang mana ya, aku belum pernah menjadi wakil
kepala sekolah, ini aku baru menjadi guru tiga tahun, apa jangan-jangan aku
guru.......
Ah.....
Apakah benar aku ini guru.......
Pak Maram gelisa tidak bisa tidur
semalaman, hatinya gundah,
Sampai akhirnya keesokan hari Pak Maram
jumpa lagi dengan Pak Marmuj.
Pak Marmuj: hai apa kabar Pak Maram.
Pak Maram; ya.... pak
Pak Marmuj: sudahlah..... apapun
keputusan kita hari ini, itulah yang terbaik dibuat oleh Tuhan. Kita tinggal
menjalankan, semua guru pasti diberi kesempatan untuk menjadi kepala sekolah,
tetapi tidak sedikit kepala sekolah yang lupa bagaimana cara mengajar yang baik
seperti guru. Banyak guru yang berhasil dikenal dan dikenang oleh
murid-muridnya, bukan tidak banyak kepala sekolah justru dijerumuskan oleh
muridnya sendiri yang menjadi wartawan, LSM dan lain sebagainya, padahal kedua
profesi itu sangat mulia bila dijalankan dengan benar.
Sekali lagi Pak Marmuj membisikkan
sesuatu kepada Pak Maram:
Padahal di zaman now seperti sekarang
kita justru kita membutuhkan kepala sekolah yang gila, agar bisa menghadapi
semua masalah itu semua.....
Pak Maram manggut-manggut entah apa
maksudnya, semua guru yang melihat pun bingung, tetapi mereka semua setuju bila
Pak Marmuj tetap tidak mendaftar sebagai kepala sekolah.
Hem... Pak Marmuj memanglah.
Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil
dari cerita ini adalah:
Pertama; setiap kita memiliki kehendak,
keinginan, namun pengendalian diri adalah hal utama apakah itu kebutuhan atau tidak.
Kedua; kemampuan harus selalu diukur
dengan kekuatan diri, apakah itu pengetahuan, pengalaman atau juga dukungan
dari lingkungan, kesemuanya penting bukan sekedar keseimbangan tetapi juga
kemungkinan peluang.
Ketiga; dalam teori kesempatan, kita
boleh saja mencoba peluang untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan. Namun
pertimbangan paling utama adalah apakah kita memiliki kompetensi yang didukung
oleh situasi, boleh memiliki harapan, namun doa dan ikhtiar itu adalah jalan
terbaik.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi
mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari
berbagai sumber.
#Bersamamembangunnegerilewatpendidikankitabersinergi