Kisah 25: Pak Marmuj dan Kisah Sebutir Nasi - Mutiara Institut

Breaking

Kisah 25: Pak Marmuj dan Kisah Sebutir Nasi

Kisah 25: Pak Marmuj dan Kisah Sebutir Nasi

Ketika perpisahan anak kelas VI di sekolah, semua siswa membawa nasi dari rumah untuk dimakan bersama. Begitu juga dengan para guru termasuk Pak Marmuj membawa bontot untuk acara makan-makan bersama siswa yang mungkin saja terakhir kalinya di suasana sekolah.

Acara demi acara perpisahan berlangsung, pada akhir kegiatan seperti biasa maka makan bersama yang ditunggupun tiba. Semua tersaji, sebagian anak membagi lauk dengan rekan lain, sebagian justru sengaja membawa sedikit untuk mendapatkan banyak dari teman lainnya. Walau satu orang guru yang ditunggu belum tiba, tetapi makan pun dimulai saja.

Sambil bercengkrama siswa kelas VI makan, bersama guru, larut dan kegembiraan, senang dalam keceriaan. Sampai sebagian orang ada yang bersama makan dalam satu piring dan banyak cerita lainnya.

Tampak satu anak masih menyisahkan beberapa sendok nasi dan ia membuang ke tempat sampah, sebagian habis bersih, kinclong, tetapi ada anak justru masih menjilat jarinya dimana ia membersihkan untuk tidak menyisahkan satu butir nasi.

Menjadi perhatian Pak Marmuj, akhirnya ia menceritakan kisah sebutir nasi.

 

Semua anak diajak duduk melingkar memandang satu piring nasi yang tersisa milik guru mereka satu belum datang, lengkap dengan sayur dan lauk pauk di atas meja.

Pak Marmuj pun memulai mengajak semua anak melihat piring dan meresapi apa yang sebenarnya terjadi pada isi piring tersebut.

 

Pak Marmuj: anak-anakku sekalin, marih sejenak kita diam dan dengarkan apa yang sebenarnya yang terjadi di atas piring yang ada dihadapan kita ini.

Suasana menjadi hening, mulailah terdengar satu pembicaraan antar penghuni piring.

Nasi: saya sudah lama disini pertama datangpun saya tadi, baru yang lain.

Sayur; saya memang datang yang kedua, maaf sudah menunggu ya.

Ikan; saya juga sudah lama sebelum yang lain.

Sambal; oh.... maaf saya memang yang terakhir tetapi saya selalu ditunggu.

 

Nasi; saya berasal dari negeri jauh, negeri yang bila hujan kami kebanjiran, tetapi bila musim kemarau kami menunggu datangnya hujan itulah negeri di pematang sawah, sebuah perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan. Sejak kami sekeluarga besar serumpun tumbuh dan berkemang, beberapa kali kami disiram dengan racun yang berbau sampai berhari-hari, untunglah Pak Tani membuang sebagian binatang yang akan menyerang kami. Lalu kemudian kamipun menguning betapa indahnya kami banyak orang lain berphoto bahkan kami dijadikan lukisan. Tibalah saat dimana kami ingin membagikan diri kepada tubuh kami di hari tua, justru tubuh kami dipotong, kemudian menjadi butiran padi. Sebuah mesin raksasa buatan manusia datang menghampiri, dan kami berlaga satu dengan lain sesama padi, sebagian kulit kami ada yang ditampung konon untuk diberikan ke ternak, tetapi sebagian justru terbang entah kemana, dan kami menjadi sebutir beras dengan berbagai rasa. Padahal kami sama, tetapi gambar yang ada di karung menjadikan kamipun dianggap menjadi berbeda-beda.

Dari sebuah gudang di desa kami pun diantar mengendarai truk tibalah di toko atau supermarket, lebih dari sebulan kami berkenalan dengan berbagai barang di sana, apa yang terjadi kemudian, kamipun diangkut ke luar dan dibawa ke sebuah rumah mewah. Disana karung tempat kami berlindung dibuka kamipun bergantian masuk ke satu tempat dengan tenaga listrik diberi air sebagian kami merasa senang karena akan dapat hawa yang lebih dingin, sejuk atau nyaman. Namun apa yang terjadi tak lama kemudian air yang menyelimuti kami semakin lama semakin hangat, awalnya kami bahagia, teman teman kami melompat kegirangan. Suasana yang awalnya sedikit kehangatan menjadi panas yang tak tertahankan, akhirnya kamipun berubah menjadi sebutir nasi, kami moronta, dan akhirnya kami berpelukan satu dengan sesama menyatu satu dengan lainnya. Kami takut dipisahkan, dan mungkin inilah akhir dari perjalanan kami.  

Apakah kalian tahu sebagian kami ada yang berwarna hitam lalu dibuang, dan kami ada yang menjadi putih kini bisa jumpa dengan teman-teman.  

Oh........ itulah hingga kami sampai disini.  

 

Sayur: Kami dulu awalnya hidup liar di pinggir sungai, sebagian saudara kami di ladang, ada pula di sawah. Dalam cerita menurut leluhur kami dengan bebas kami merambat kemana saja, sebagian kami saling tolong-menolong, merambat untuk mendapatkan sinar matahari.

Namun memasuki zaman kakek kami, sebagian saudara kami dibunuh, dengan racun, bahkan kami dimandikan dengan air racun juga, sehingga kami dipaksa untuk hidup sendiri dalam jenis yang sama. Belum selesai, kami dipetik semua yang berukuran sama disatukan ditimbang, dan kemudian dikemas dimasukkan ke peti es. Betapa dingginya ruangan itu, padahal kami sudah terbiasa mendapatkan sinar matahari, mandi dengan air hujan adalah bagian dari kehidupan kami.

Sampailah kami di ruangan yang sama dengan kita tadi pagi, akar kami di buang, rambut kami dicincang dan akhirnya hanya bagian tubuh kami yang gemuk yang diambil. Namun setelah itu kami dimandikan dengan air bersih, sedikit lega hati kami.

Belum selesai merasakan segarnya tubuh kami membawa kebahagiaan, ternyata air mendidih telah menanti, kamipun dimasukkan dan layu.

Campuran berbagai macam bahan lain, aroma yang menyengat memaksa kami menerima dan menyatu dialam yang berbeda, dan itulah kami sayur yang datang kedua di tempat ini.

 

Ikan: Saya berasal dari laut yang luas, kami adalah koloni yang bahagia, selalu berkelompok hidup bersama, namun ketika ada makanan yang berlebih kamipun ramai-ramai mengarah, ternyata ada jaring menjadikan kamipun tak berdaya dalam satu tempat.

Sepanjang perjalanan kami diberi tempat paling terdingin di dunia, kamipun tak tahu maksudnya, padahal kami bukan dari daerah kutub.

Sampailah di dapur organ tubuh kami dipisah dengan bagian lain, kamipun pasrah, baru kali ini saya melihat dengan mata kepala saya sendiri oh... itu rupanya usus yang selama ini ada di perut saya, sungguh mengertikan. Dihadapan saya orang tua saya dipotong sirifnya, disamping saya sendiri tulang belulang adik saya dipisahkan dari tubuhnya. Tidak hanya sampai disitu, dan dan....... entahlah yang pasti kini aku sampai disini jumpa kita semua.

 

Nasi: oh.... kita semua punya kisah yang sangat mengharukan, panjang dan berkesan.

Tidak tahu apa alasan, mengapa ada yang tega membuang kita ke lantai, memisahkan antara kami, padahal kami baru menempuh perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan, dengan senang hati kami hadir memberikan keharuman dan kelezatan.

Tiba tiba ada seorang anak membuang kami, sungguh betapa sedih hati kami.

 

Semua siswa termangu Pak Marmujpun membangunkan lamunan mereka, setelah larut dalam cerita sebutir nasi, sebagian merasa bersalah telah membuang, sebagian menyesal karena tidak menghabiskan nasi yang telah terhidang, dan sebagian bersyukur masih dapat makan nasi.

Kisah sebutir nasi, bukan mesti menghindari untuk tidak makan karena mengasihi, tetapi menghargai perjalanan yang panjang maka mulailah mensyukuri anugerah dengan doa:

"Ya Allah, berkahilah kami dengan rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami, dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka”

Amin.

 

Tiga hal hikmah yang dapat kita ambil dari cerita ini adalah:

Pertama; Semua kita memiliki perjalanan hidup yang sangat panjang, dari perjalanan itu lahir berbagai cerita, baik suka maupun derita itulah yang menempah diri menjadi apa yang terjadi hari ini.

Kedua; setiap kita berbeda, dengan latar belakang yang beragam, marilah kita saling berbagi, dan saling menghargai, terlebih kolaborasi untuk satu tujuan dengan tidak membuang sedikitpun pengalaman yang pernah kita alami masing-masing.

Ketiga; marilah saling menghargai, dan memberi kebaikan kepada siapa saja baik yang berada di lingkungan kita, lingkungan orang lain, terlebih apa yang ada didepan mata kita saat ini, disini dan mulailah dari diri sendiri.

Ketujuh kita setuju berkolaborasi mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.

Catatan; kisah ini diinspirasi dari berbagai sumber.

#Bersamamembangunnegerilewatpendidikankitabersinergi


Disclaimer: Images, articles or videos that exist on the web sometimes come from various sources of other media. Copyright is fully owned by the source. If there is a problem with this matter, you can contact