Hidup di pinggir kota adalah bagian
kenyamanan yang didapatkan oleh seorang Pak Marmuj guru Sekolah Dasar.
Bertetangga, berkebun dan beribadah tiga hal yang menjadi pelengkap rutinitas
sehari-hari. Walau sebagian tetangga ada yang bekerja berkebun di kampung,
tetapi sebagian mereka ada juga yang bekerja di kota. Dikala siang mereka
adalah warga dan pekerja, namun ba'da magrib biasanya bercengkrama, silaturahmi
bahkan diskusi sampai menjelang shalat isya di Masjid.
Satu ketika Pak Marmuj membawa
tetangganya ke Rumah Sakit Umum, dikarenakan indikasi sakit jantung, maka
sedikit terburu mereka melarikan ke bagian perawatan khusus. Setelah mendapat
pertolongan awal sebagaimana standart pelayanan, kemudian Pak Marmuj menghadap
administrasi terkait penanganan lanjutan tetangga yang sedang sakit.
Admin rumah sakit menyampaikan bahwa
pasien harus dirawat intensif, maka untuk layanan pihak rumah sakti memiliki
tiga dokter spesialis jantung.
Pak Marmuj pun siap dengan segala
harapan,
Pak Marmuj:
Jadi apa yang harus kami lakukan pak?
Admin rumah sakit menjelaskan lagi:
Ketiga dokter yang bisa bapak pilih
adalah:
Pertama, dokter Mara adalah seorang
profesor ia ahli jantung selalu seminar ke berbagai negara tentang jantung dan
pembuluh darah.
Kedua, dokter Mira adalah seorang dokter
muda cantik lulus dari fakultas kedokteran IP 4 lulusan terbaik dari kampus
ternama.
Yang ketiga dokter Mura beliau adalah
dokter senior paling tua di rumah sakit ini.
Awalnya Pak Marmuj mau berdiskusi dengan
pihak keluarga dan tetangga yang menghantarkan pasien, akan tetapi karena
pilihan harus cepat, maka Pak Marmuj dan dua tetangga lain semua kompak
menjawab dokter Mura, tak mengapa walau jadwal beliau sedikit padat, kami
tunggu untuk beliau
Admin rumah sakit:
Ok pak, siap silahkan ditandatangani.
Mengapa mesti memilih dokter Mura,
karena pengalamannya, beliau mempelajari anatomi jantung waktu kuliah, tetapi
pengalaman menangani penyakit dari perilaku pasien adalah sebuah pelayanan yang
menjadi pelajaran utama.
Sehari kemudian Pak Marmuj saat
berkunjung ke rumah sakit jumpa dengan dokter Mura, dokter senior tetap tampak
bersajaha, mau bercerita, bahkan Pak Marmuj pun dilayani untuk diskusi sesaat.
dokter Mura pun menceritakan
Ada pasien yang cerewet, ngomel
menyalahkan keadaan atau lingkungkan bahkan layanan, ya… rumah sakit harus
melayani dengan baik.
Ada pasien yang diam pasrah, ini juga
pasien kita harus kita bantu.
Ada pasien yang justru merasa lebih
pintar dari dokter yang merawatnya.
Sema kita layani.
Justru penyakit itu sebagian kecil
disebabkan masalah anatomi, tetapi diawali dari persoalan psikologis. Jadi kita
sebagai dokter harus memahami karakteristik pasien, dan justru dari merekalah
kita belajar tentang berbagai penyakit terkait dengan sakit jantung ini. Memang
secara kesehatan kita mencatat bahwa; faktor penyakit jantung itu adalah; Hipertensi, tingginya kadar kolesterol
dalam darah (hiperkolesterolemia), kebiasaan merokok, diabetes, obesitas, jarang olahraga, dan kebiasaan sering mengonsumsi minuman beralkohol
berlebihan.
Ok terima kasih, mungkin jadwal untuk
pasein ini sudah cukup hari ini, kita akan lihat perkembangan esok lagi.
Sungguh Pak Marmuj terdiam, tak sanggup
lagi bertanya. Ia membayangkan, sebagai seorang guru, banyak siswa yang
dihadapi setiap hari, ada yang baik, ada yang nakal, ada yang cari perhatian semuanya
memang harus mendapat layanan. Mereka adalah bagian penting dari pengembangan
profesi kita. Karena dari siswalah kita mendapatkan pengalaman bagaimana orang
belajar, malas belajar, rajin belajar, bermasalah tentang belajar.
Benar juga kata orang bijak pengalaman
ada guru yang sebenarnya. Mungkin pengalaman selalu silaturahmi dengan tetangga
di masjid adalah upaya mengurani penyakit jantung, terlintas dipikiran Pak
Marmuj.
Tiga hal yang dapat kita ambil hikmah
dari cerita ini:
Pertama, setiap kita selalu berinteraksi
dengan orang lain, maka jadikanlah itu bagian dari pengalaman, silaturahmi,
saling memberi dan saling berbagi.
Kedua, bermacam ragam perangai yang kita
hadapi baik tetangga, siswa ataupun teman sejawat dari merekalah kita justru
belajar arti kehidupan yang sebenarnya.
Ketiga, kita akan menjadi senior ketika
menjadi berbagai pengalaman untuk dapat dipelajari dan dimaknai bahwa hidup
harus saling menghargai.
Ketujuh kita setuju berkolaborasi
mengeksplorasi sejarah, lewat kisah kita bercari ibrah.
Catatan; kisah ini diinspirasi dari berbagai sumber.